Kawasan Simpang Lima baru menjadi pusat alun-alun Kota Semarang pada 1969 atas usulan dari Presiden Republik Indonesia yang pertama Ir Soekarno. Jauh sebelum Simpang Lima dibangun, pusat alun-alun Kota Semarang adalah berada pada kawasan Kauman. Peralihan pusat alun-alun Kota Semarang dari kawasan Kauman ke Simpang Lima pada masa itu sendiri dengan mempertimbangkan semakin padatnya aktivitas perbelanjaan di sekitar alun-alun Kauman yang luput dari penataan. Adapun peningkatan kepadatan aktivitas tersebut terjadi seiring berkembangnya aktivitas perdagangan di Pasar Johar, sebagai pasar tradisional terbesar di Asia Tenggara.
Pemerintah Kota Semarang melakukan revitalisasi Pasar Johar usai musibah kebakaran pada 9 Mei 2015 lalu. Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi berupaya menghidupkan kembali romantisme alun-alun Kota Semarang di kawasan Kauman yang telah lama hilang. Tak tanggung-tanggung dana sebesar Rp 100 miliar digelontorkan untuk membangun kembali alun-alun Kota Semarang dalam dua tahap. Untuk pembangunan tahap pertama, dana sebesar Rp 50 miliar akan digunakan salah satunya untuk pemasangan 700 tiang pancang di area lahan seluas 9.184 meter persegi, berdekatan dengan Masjid Agung Kauman Semarang.
Pada Rabu (22/8/2018) lalu, bertepatan dengan hari raya Idul Adha 10 Dzulhijjah 1439 Hijriah, Pemerintah Kota Semarang memulai pembangunan tahap pertama alun-alun Kota Semarang. Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menyebut proses pembangunan alun-alun Semarang menjadi representasi dari semangat berkorban yang terkandung dalam perayaan Idul Adha. "Kalau pedagang yang tidak terdampak bencana tidak mau berkorban untuk sementara direlokasi juga guna percepatan pembangunan, maka pasti alun-alun ini tidak akan terbangun sebagai satu kesatuan dengan Pasar Johar yang baru nantinya," kata politisi PDI Perjuangan tersebut. Pembangunan paralel Tak hanya pembangunan alun-alun Kota Semarang, Hendrar mengatakan sejumlah pekerjaan untuk membangun kembali Pasar Johar juga sedang dikerjakan dalam waktu bersamaan secara parsial.
Untuk Pasar Johar yang merupakan cagar budaya, Pemerintah Kota Semarang juga sudah menandatangani kontrak senilai Rp 146 miliar dengan waktu pengerjaan 180 hari. Sedangkan, untuk pembangunan Pasar Johar lantai 3 dan 4 akan diselesaikan pada akhir 2019 dengan dana sebesar Rp 37 miliar. “Hitungan saya, sedhulur-sedhulur pedangan bisa masuk kembali ke Pasar Johar di tahun 2020," kata dia.
Hendrar optimistis membawa Pasar Johar kembali merebut predikat sebagai pasar terbesar di Asia Tenggara dan menjadi destinasi wisata unggulan di Kota Semarang. Pasalnya, ia melanjutkan, desain pembangunan kembali Pasar Johar sendiri telah diakui oleh para perencana kota internasional. Pengakuan tersebut didapatkan melalui penetapan desain revitalisasi Pasar Johar sebagai proyek penataan kota terbaik pada ajang internasional SIP Planning Award di Singapura pada 2017. Saat ini, predikat pasar terbesar di Asia Tenggara disematkan kepada Pasar JJ di Bangkok, Thailand yang menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Thailand. **.kompas.com
19 Oktober 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar